Dalam budaya Jawa, memilih waktu pernikahan bukan hanya soal ketersediaan gedung atau kesiapan dana. Ada aspek tradisi dan kepercayaan yang membuat penentuan tanggal dan bulan menjadi proses yang penuh pertimbangan. Bulan yang baik untuk menikah menurut primbon Jawa diyakini bisa memengaruhi kehidupan rumah tangga di masa depan. Kepercayaan ini sudah diwariskan turun-temurun dan tetap relevan bagi sebagian masyarakat hingga sekarang.
Primbon Jawa sendiri adalah kitab warisan leluhur yang berisi perhitungan hari baik, bulan baik, dan tanda-tanda dalam kehidupan. Dalam konteks pernikahan, pemilihan bulan yang tepat diyakini mampu membawa keharmonisan, rezeki lancar, dan jauh dari konflik. Meskipun sebagian orang menganggapnya mitos, banyak pasangan masih mempertimbangkan ajaran ini demi keberkahan.
Filosofi Pemilihan Bulan Menurut Primbon Jawa
Pemilihan bulan dalam primbon Jawa tidak dilakukan sembarangan. Ada perhitungan mendalam yang melibatkan penanggalan Jawa, weton, hingga pengaruh energi bulan terhadap kehidupan manusia. Filosofi ini mengajarkan bahwa pernikahan bukan sekadar penyatuan dua individu, tetapi juga dua keluarga besar dan garis keturunan.
Bulan yang baik untuk menikah menurut primbon Jawa biasanya dipilih berdasarkan kecocokan weton calon mempelai, menghindari bulan yang dianggap membawa kesialan, dan memilih bulan yang diyakini membawa keberuntungan. Selain itu, ada keyakinan bahwa harmoni alam akan memengaruhi keharmonisan rumah tangga.
Hubungan Penanggalan Jawa dan Bulan Pernikahan
Penanggalan Jawa menggunakan kombinasi kalender lunar dan solar yang unik. Oleh karena itu, penentuan bulan baik seringkali berbeda dengan kalender masehi. Misalnya, bulan Besar dan Mulud dalam kalender Jawa dianggap penuh berkah sehingga sering dipilih sebagai waktu pernikahan.
Daftar Bulan Baik Untuk Menikah Menurut Primbon Jawa
Beberapa bulan dalam penanggalan Jawa dipercaya sangat baik untuk melangsungkan pernikahan. Berikut penjelasan lengkapnya:
- A. Bulan Besar: Dianggap membawa kelancaran rezeki dan kehidupan rumah tangga yang harmonis.
- B. Bulan Mulud: Penuh berkah dan diyakini membuat hubungan suami istri dipenuhi kebahagiaan.
- C. Bulan Ruwah: Cocok untuk pernikahan yang ingin membawa ketentraman dan kedamaian.
- D. Bulan Sapar: Meski jarang dipilih, ada yang percaya bulan ini membawa kekuatan menghadapi cobaan bersama.
Bulan yang Perlu Dihindari
Menurut primbon, bulan Suro sering dihindari untuk pernikahan karena dianggap bulan untuk refleksi dan ritual spiritual, bukan untuk memulai kehidupan baru.
Makna Spiritual dan Simbolik Setiap Bulan
Setiap bulan dalam penanggalan Jawa memiliki makna dan simbol yang berpengaruh pada kehidupan rumah tangga. Misalnya, bulan Besar melambangkan kelimpahan, bulan Mulud melambangkan kemuliaan, dan bulan Ruwah melambangkan ketentraman batin.
Memahami makna ini membantu pasangan menyesuaikan harapan dan doa dalam pernikahan mereka. Bagi masyarakat Jawa, pernikahan adalah langkah besar yang perlu disertai restu alam dan leluhur.
Dampak Positif Memilih Bulan Baik
- Memperkuat keyakinan pasangan dan keluarga.
- Menambah makna sakral dalam pernikahan.
- Menciptakan rasa tenang dan optimis menjalani rumah tangga.
Peran Sesepuh dan Ahli Primbon Dalam Menentukan Bulan Baik
Menentukan bulan yang baik untuk menikah sering melibatkan sesepuh atau ahli primbon. Mereka akan menghitung berdasarkan weton kedua calon mempelai, memperhatikan siklus bulan, dan mempertimbangkan nilai-nilai tradisi.
Proses ini biasanya dilakukan jauh sebelum hari H agar semua persiapan bisa dilakukan dengan matang. Selain tanggal, arah akad nikah dan jam pelaksanaan juga kadang dipertimbangkan.
Tradisi Selamatan Sebelum Menikah
Dalam tradisi Jawa, setelah menentukan bulan baik, keluarga biasanya mengadakan selamatan atau doa bersama untuk memohon kelancaran acara. Ini menjadi bagian penting dari prosesi pernikahan yang sarat nilai kebersamaan.
Keselarasan Antara Primbon dan Kehidupan Modern

Meski hidup di era modern, banyak pasangan yang tetap menggabungkan perhitungan primbon dengan pertimbangan praktis. Misalnya, memilih bulan baik tetapi tetap menyesuaikan dengan cuti kerja, musim liburan, atau ketersediaan tempat resepsi.
Dengan begitu, pasangan bisa mendapatkan keberkahan dari segi spiritual sekaligus kemudahan dari segi teknis.
Contoh Penyesuaian di Zaman Sekarang
Beberapa pasangan memilih bulan baik menurut primbon, lalu menyesuaikan tanggal pastinya agar tidak bertabrakan dengan musim hujan atau hari besar keagamaan.
Bulan yang baik untuk menikah menurut primbon Jawa bukan hanya soal kepercayaan, tetapi juga bagian dari identitas budaya yang kaya makna. Memilih bulan dengan penuh pertimbangan diyakini dapat membawa keberkahan dan keharmonisan dalam rumah tangga.
Mempercayai atau tidak, yang terpenting adalah kesiapan mental, fisik, dan komitmen untuk membangun keluarga yang bahagia. Tradisi ini bisa menjadi warisan yang terus dilestarikan sebagai bentuk penghormatan pada leluhur.
FAQ
1. Apa saja bulan baik untuk menikah menurut primbon Jawa?
Bulan Besar, Mulud, Ruwah, dan Sapar.
2. Mengapa bulan Suro dihindari untuk menikah?
Karena dianggap bulan untuk introspeksi dan ritual spiritual.
3. Bagaimana cara menentukan bulan baik?
Menggunakan perhitungan weton, penanggalan Jawa, dan konsultasi dengan ahli primbon.
4. Apakah memilih bulan baik menjamin rumah tangga harmonis?
Tidak mutlak, tetapi dipercaya memberi energi positif.
5. Apakah tradisi ini masih relevan di era modern?
Ya, karena menjadi bagian dari kearifan lokal yang sarat makna.